“Aku suka tiba-tiba sedih, pengen nangis tapi gak tahu kenapa. Gak ada alasannya.”
Beberapa orang mengalami seperti apa yang diungkapkan oleh seorang
mahasiswa yang sedang konsultasi pada seorang dosen psikologi seperti
kalimat di atas. Sedih adalah sebuah emosi, menangis adalah sebuah
ekspresi dari emosi.
Emosi berasal dari kata emovere yang
berarti pergerakan/menggerakan. Emosi menggambarkan adanya kecenderungan
untuk bertindak. Seringkali pengertian emosi disempitkan hanya pada
amarah, suatu perasaan negatif atau adanya ledakan pada dalam diri.
Padahal makna emosi lebih luas dari sekadar perasaan-perasaan negatif.
Menurut Watson, emosi dasar pada manusia adalah bahagia, marah, sedih .
Emosi berbeda dengan feel/rasa. Rasa tidak ada kecenderungan untuk
melakukan tindakan, namun jika rasa sudah mendorong sebuah tindakan maka
ia disebut sebagai emosi.
Sedih merupakan sebuah rasa, tetapi
jika kesedihan itu mendorong seseorang untuk menangis, maka kesedihan
tersebut telah menjadi emosi. Emosi adalah keadaan terangsang (aroused state)
yang memiliki komponen fisiologik, situasional, dan komponen kognitif.
Saat terjadi sebuah emosi baik itu bahagia maupun marah terjadi sebuah
respon di dalam tubuh yang dikenal sebagai respon fisiologis seperti
jantung berdebar, meningkatnya tekanan darah, dll, terkait komponen
situasional , seringkali emosi muncul pada situasi-situasi tertentu yang
kemudian dinilai oleh aspek kognitif kita, maka saat itu munculah
penilaian terhadap stimulus, dari penilaian kognitif tersebut memicu
sebuah emosi bahagia, sedih, ataupun emosi lainnya. Ada hal penting yang
perlu diketahui bahwasanya kita harus mengenali kondisi emosi kita saat
situasi apapun. Kejadian “Aku suka tiba-tiba sedih, pengen nangis tapi gak tahu kenapa. Gak ada alasannya” disebabkan
perlakuan yang diterimanya saat kecil. Masa kanak-kanak adalah masa
pembentuk awal pada setiap pola perilaku individu. Pola perilaku yang
terbentuk pada anak-anak dibentuk melalui unit sosial terkecil yakni
keluarga inti terdiri dari ayah dan ibu, lebih penting lagi adalah peran
pengasuh dalam membentuk pola perilaku anak. Pada beberapa orang tua
sering mengajarkan pada anaknya yang terjatuh atau sedang bersedih “hayo jangan nangis, sudah besar kok nangis”
ini adalah tindakan yang salah kaprah. Saat seorang ibu mengatakan hal
yang demikian pada putri/putranya terutama saat ia masih kecil,
sebenarnya yang sedang si ibu ajarkan adalah anak-anak belajar tidak
mengenali emosi dan ini bukanlah hal yang positif. Jangan mengajarkan
anak bahwa menangis saat terjatuh seakan-akan sebuah ‘dosa besar’.
Anak perlu disadarkan ‘ia sakit ya nak ? sudah tidak apa-apa’
adalah kata-kata yang lebih baik diucapkan agar anak mampu mengenali
apa yang ia rasakan dibandingkan ketika orang tua mengatakan “eh, anak mama ga boleh nangis” hal
tersebut akan menumbuhkan sikap tidak mengenali apa yang ia rasakan.
Ketika anak tumbuh dewasa ia sudah terbiasa untuk menahan setiap apa
yang ia rasakan. Padahal kemampuan mengenali emosi sangatlah penting.
Kemampuan mengenali emosi yang ditanamkan sejak dini pada anak akan
menstimulasi anak hingga masa dewasa untuk memahami apa yang terjadi
pada diri, ketika individu memahami apa yang terjadi pada diri akan
menimbulkan kesadaran diri dan akan berkembang menjadi sebuah kondisi
penguasaan diri.
Ketika individu mampu memegang kendali atas
dirinya maka hal ini akan berdampak pada proses interaksi dengan orang
lain, sikap empati, tenggang rasa, mau mengalah pada individu tidak akan
muncul jika individu tidak memiliki penguasaan diri yang baik,
keterampilan berinteraksi dengan orang lain lebih luas akan berdampak
pada keterampilan sosial , jika kendali dalam sosial serta keterampilan
sosial individu pada tataran sangat baik maka dapat dipastikan individu
tersebut memiliki kecerdasan emosi yang baik. Atas dasar bahwa mengenali
emosi seseorang akan dapat memahami dirinya dan tumbuh kesadaran diri
sehingga ia mampu memiliki penguasaan diri yang baik, hal ini akan
berdampak pada bagaimana ia berhubungan dengan orang lain, sikap
hubungan yang baik dengan orang lain akan memunculkan empati pada diri
dan hal ini merupakan cikal bakal dari keterampilan sosial, yang
merupakan indikator dari kecerdasan emosi sehingga mengenali diri saat
sedih, menangislah jika memang ingin menangis, ketika bahagia maka
tertawalah, adalah langkah awal dan menjadi hal yang sangat penting.
—
Sumber: Kuliah Psikologi Emosi , Prof Dr. Sofia Retnowati, M.S Fakultas Psikologi UGM
0 comments:
Posting Komentar