“Ekspresi atau tindakan yang kecil sekalipun, kita tak pernah tahu apa yang bisa kita ubah”
Entah
itu baik ataupun buruk, ekspresi dan tindakan dari orang lain bisa
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan seseorang. Satu
pujian bisa membuat seorang anak sangat bahagia dan ingin terus berbuat
lebih baik, sebaliknya, satu celaan bisa mematahkan semangat seorang
anak dan membuatnya menggugurkan mimpinya.
Pengakuan terhadap seseorang adalah sumber kekuatan
Apa
yang salah dengan pendidikan kita? Bagaimana kita dididik dan menjadi
pelaku pendidikan adalah jawabannya. Kenyataannya, cerita tersebut bukan
sekadar bumbu untuk membuat film itu menarik, tapi lebih dari sebuah
refleksi atas kenyataan yang terjadi selama ini. Masih ingatkah kita
berapa kali kita pernah mendapatkan pujian dari guru-guru kita, orang
tua kita, bahkan dari orang-orang di sekitar kita? Atau masih ingatkah
berapa kali kita pernah memberikan pujian kepada murid-murid kita,
anak-anak kita dan kepada orang lain yang berada disekitar kita? Bisa
jadi kita tak tahu jawabannya karena kita sangat jarang menerima dan
memberikannya, bahkan mungkin hampir tidak pernah. Bisa jadi hal itulah
yang membuat kita pernah berhenti untuk memenangkan sesuatu, berganti
cita-cita atau mungkin berhenti melakukan sesuatu yang baik. Itu jugalah
yang bisa terjadi pada generasi penerus kita jika kita memperlakukan
mereka sama dengan yang kita peroleh.
“Dalam diri setiap anak ada sisi gelap dan terang, carilah sisi terangnya”
Pendidikan
di Negara kita sudah seharusnya jauh lebih baik, karena dengan mudah
kita telah dapat belajar banyak dari kesuksesan Negara lain. Tidak lagi
sulit untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan anak dalam
keluarga dan di sekolah. Jika tak sanggup membeli bukunya, maka dengan
siaga Internet memudahkan kita untuk mendapatkan informasi yang kita
inginkan. Model-model pembelajaran, Multiple Intelligence hingga
psikologi perkembangan bukan hal yang sulit kita pahami jika kita memang
mau belajar. Sebuah pepatah mengatakan,”jika anda berani mengajar, maka
anda harus berani belajar.”
Anak-anak jaman sekarang berbeda
dengan jaman kita dulu, oleh karena itu kita juga harus berbeda dengan
orang-orang tua dan guru-guru jaman dulu.
Berani membuka
mata terhadap perubahan memang tidaklah mudah, apalagi jika kita telah
merasa nyaman dengan apa yang kita pahami, tapi menutup mata sama saja
tidak siap untuk melanjutkan hidup, karena waktu berjalan beriringan
dengan perubahan. Sudah saatnya kita dapat memahami bahwa sekolah
bukanlah sekadar tempat untuk bertemu guru, mendengarkan guru
berceramah, memenuhi absensi dan mendapatkan nilai. Lebih dari itu,
sekolah seharusnya dapat menjadi rumah kedua yang tidak hanya
mengajarkan mata pelajaran exact dan non-exact, tapi juga pelajaran
tentang kehidupan dan bagaimana menjalani kehidupan. Aku jadi teringat
dengan sebuah cerita tentang sang penemu Microsoft, Bill Gates. Seorang
temannya pernah berkata, nilai-nilaiku selalu bagus di sekolah, setelah
lulus sekolah aku bekerja sebagai engineer di perusahaan microsoft. Dan
yang menjadi bosku adalah temanku yang dulu nilainya tidak pernah bagus.
Kecerdasan
bukan hanya karena mampu memperoleh nilai yang baik di sekolah, lebih
dari itu kecerdasan adalah setiap kemampuan yang dimiliki oleh setiap
anak.
Barang berguna dipakai dengan salah akan jadi tidak berguna. Barang tidak berguna dipakai dengan benar akan jadi berguna.
Setiap
anak memiliki kelebihannya masing-masing. Suka memukul orang, bisa jadi
calon pemain karate yang handal. Suka mengotak-atik mainan, bisa jadi
calon engineer handal. Suka mencoret-coreti dinding, bisa jadi calon
arsitektur handal. Kita tidak harus kaku bahwa cerdas bergantung dari
nilai pelajaran matematika, Bahasa Inggris, IPA, dan sebagainya. Mampu
menggambar, memanjat, bermain sepak bola, karate, menyanyi, bermain
peran dan masih banyak lagi, adalah kecerdasan yang bisa berbeda dari
setiap anak yang Tuhan telah anugerahkan. Tidak harus sama. Tidak harus
dinilai dengan tolak ukur yang sama dan dari sudut pandang yang sama.
0 comments:
Posting Komentar